Cerita Tentang SNMPTN Jangan Termakan Gengsi

 SUKSES dalam menghadapi ujian akhir nasional tingkat SMA dan sederajat sudah pasti merupakan kabar yang sangat membanggakan bagi mereka yang menjalaninya. Namun rasa bimbang dan bingun bakal meliputi  mereka yang akan melanjutkan pendidikan kejenjang perkuliahan atau perguruantnggi untuk mengahadapi SNMPTN. Terdapat banyak pilihan model perguruan tinggi baik dari yanbg berstatus Negeri atau Swasta. Pada umumnya mereka menawarkan berbagai macam jurusan yang tentutnya akan membuat seseorang diliputi sara kebingungan maupuan kebimbangan

,sehingga merka diharuskan berpikir secara matang sebelum menentukan pilihan secara tepat.
Gembar gembor dlam persaingan masuk kampus bergengsi menjadi bahasan utama dalam fase ini. Rasa gengsi menuntut mereka untuk memilih jurusan favorit dengan stand passing grade yang tinggi diperguruan tinggi elite. Sebuah tradisi kurang sehat yang menurut saya sudah menancap kuat dikehidupan masyarakat Indonesia. Rasa gengsi ini begitu kuatnya sehiongga tidak jarang muncul tradisi kasta-kasta dalam kehidupan sosial antar mahasiswa. seseorang akan di anggap hebat dan dipandang golongan atas jika dia bisa diterima di jurusan pada kampus bergengsi. Sehingga tidak mengherankan biagi para remaja akan berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan posisi tersebut, demi mendapatkan status elite sosial di tengah masyarakat.
Rasa gengsi biasanya tidak hanya berasal dari remaja yang akan masuk perguruan tinggi tersebut, tetapi bisa juga berasal dari perilaku orangtua mereka. Banyak jika diketahui terkadang orangtua juga masih ada yang memaksa anaknya untuk bisa memilih jurusan pada kampus bergengsi, padahal tidak diketahui apakah sang anak tersebut memiliki kemampuan "Passion" pada bidang itu atau tidak. Penentuan orang tua seperti ini tentunya akan berdampak kurang baik pada perkembangan pendidikan anak dikemudian hari.
Terlihat jelas bahwa niat ikhlas untuk belajar atau mencari ilmu dudah terkalaahkan oleh rasa gengsi yang sangat kuat serta perilaku ambisius agar diterima di jurusan pda kampus bergengsi. Keputusan ini di buat tanpa difikir dengan matang-matang terkait prospek pendidikan yang tentu akan bendampak kurang baik ke depannya. Pelaksanaan perkuliahan pun akan dijalani dengan biasa-biasa saja tanpa jerih payah dan kesungguhan, dikarenakan tanpa adanya "passion" secara natural ketika menjalaninya.
Salah satu hal yang sangat memprihatinkan adalah meskipun mereka sudah berada dijurusan kampus yang bergengsi, tetapi dikarenakan kurangnya keingina untuk mengembangkan kapasitas personal, maka terbitlah produck sarjana-sarjana elite namun kurang berkualitas. Hal semacam inilah yang seharusnya patut untuk ditanggulangi sejak dini. INGAT..!! Terlalu mengedepankan rasa gengsi bisa menjadi bumerang dikemudian hari bagi kita yang bersikukuh untuk menerapkannya.

Perlun kita luruskan niat kita bahwa tujuan utama kita kuliah bukan sekedar mengedepankan rasa gengsi semata. Mulailah berpikir secara terbuka, berusaha untuk membuang ras gengsi, jangan lupa berdoa, ikuti passionmu dan buat orang tuamu tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar