Kredibilitas SNMPTN Undangan Belum Teruji

Jakarta - beritasatu.com - Proses Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) lewat jalur undangan dinilai belum teruji kredibilitasnya. Sebab, tidak semua perguruan tinggi negeri (PTN) memiliki data rekam jejak yang valid dan objektif tentang prestasi sekolah-sekolah di daerahnya.
Pengamat pendidikan dari Perguruan Taman Siswa Yogyakarta Darmaningtyas mengatakan, minimnya data prestasi sekolah bisa menimbulkan kesulitan dalam menentukan bobot nilai rapor. Padahal, SNMPTN jalur undangan sangat mengandalkan penerimaan mahasiswa dari nilai rapor.


“Meski sama-sama nilai delapan, tapi nilai delapan di SMA 8 Jakarta dengan nilai delapan di sekolah dari Papua, Aceh, Maluku, Bengkulu, belum tentu sama kualitasnya. Bisa jadi menimbulkan persoalan nanti di perguruan tinggi,” kata Darmaningtyas di Jakarta, Jumat (8/2).
Namun, Darmaningtyas mengakui, SNMPTN jalur undangan memiliki sisi positif dan negatif. Secara positif, SNMPTN undangan menghargai proses pembelajaran siswa selama di sekolah. Siswa dengan nilai rapor bagus mendapatkan jaminan diterima di PTN. Tapi secara negatif, SNMPTN undangan memperkecil peluang siswa yang tidak bisa mendaftarkan diri di tahun kelulusannya dari SMA/SMK. Menurutnya, banyak siswa yang lulus SMA/SMK memilih tidak langsung menempuh kuliah melainkan bekerja dulu demi memenuhi kebutuhan ekonomi.
Mulai tahun 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menghapus SNMPTN jalur tulis lalu mengganti dengan 100 persen jalur undangan. Meski demikian, PTN tetap bisa menggelar jalur ujian tulis lewat seleksi mandiri setelah pelaksanaan SNMPTN. Presentase SNMPTN dan jalur mandiri harus 60:40 persen.
Darmaningtyas menilai SNMPTN jalur undangan bisa menghambat kesempatan siswa yang berasal sekolah tidak terkenal atau baru berdiri. Hal itu karena SNMPTN jalur undangan lebih memprioritaskan siswa dari sekolah terakreditasi.
“Model tes tertulis sudah berlangsung lebih dari 30 tahun, artinya kredibilitas sudah teruji. Lalu kalau sudah teruji seharusnya tetap dipertahankan, jangan diganti dengan seleksi yang sifatnya coba-coba,” katanya.
Sementara itu, Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Zainal Rafli menjelaskan proses penerimaan siswa lewat SNMPTN undangan tahun ini ditentukan dari tiga kriteria. Pertama, kriteria eligibilitas artinya siswa memenuhi syarat. Siswa dianggap tidak eligibel jika siswa pernah tinggal kelas, data siswa tidak lengkap, dan nilai siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari dua mata pelajaran. Kedua, kriteria elektabilitas artinya siswa layak dipilih. Kelayakan siswa untuk dipilih dilihat dari nilai rapor dan ranking, indeks sekolah (akreditasi, prestasi alumni, prestasi ujian nasional (UN), indeks wilayah atau daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T)), serta memenuhi syarat lain yang ditentukan PTN masing-masing. Ketiga, kriteria selektivitas artinya siswa layak diterima. Syarat siswa bisa diterima kelayakan dan hasil UN.
Terima 5.200 Mahasiswa
Menurut Zainal, jumlah mahasiswa S1 yang diterima UNJ untuk tahun 2013 sebanyak 5.200. Mereka diterima lewat dua jalur yaitu SNMPTN dan Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN). SBMPTN adalah seleksi masuk mandiri lewat ujian tulis yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh PTN di Indonesia.
“Untuk Diploma III kami punya seleksi sendiri karena tidak masuk ke skema SNMPTN,” katanya.
Dia mengatakan UNJ bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Indonesia (UI) dalam menyosialisasikan SNMPTN 2013. Menurutnya, UNJ memiliki data yang cukup akurat tentang sekolah-sekolah, khususnya sekolah binaan atau mitra UNJ.
“UNJ punya data beberapa sekolah yang alumninya sudah masuk UNJ. Track record sekolah jadi penilaian,” ujar Zainal.
Dia menambahkan SNMPTN 2013 juta memprioritaskan siswa dari daerah 3T. Mereka diberi afirmasi khusus untuk diterima di PTN namun tetap harus memenuhi standar tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar