Buatlah Diri Kita Istimewa

MENJELANG masa SNMPTN, siswa kelas tiga SMA banyak yang berbondong untuk mengikuti bimbingan belajar agar dapat masuk ke universitas pilihannya. Namun, banyak pula siswa yang tidak mampu membayar biaya bimbingan belajar yang selangit. Sehingga, belajar sendiri menjadi pilihan satu-satunya, meskipun memang sangat sulit untuk memahami soal-soal SNMPTN tanpa bimbingan.

Ironis memang. Persaingan antara siswa mampu dan tidak mampu sudah tidak seimbang lagi. Padahal banyak siswa mampu yang tekun. Tetapi karena terbatasnya biaya, bisa dikalahkan oleh siswa yang mampu dan mengikuti bimbingan belajar.

Mengapa seperti itu? Jawabannya karena bimbingan belajar menawarkan solusi yang riil, solusi yang hanya dikerjakan dengan langkah cepat, atau bahasa gaulnya rumus praktis. Dan rumus itu juga ditunjang dengan soal SNMPTN yang memang ringkas dan membutuhkan waktu yang cepat dalam pengerjaannya. Jadi seorang siswa hanya menghafalkan rumus, kemudian menerapkan dalam soal SNMPTN.

Tentunya, rumus praktis dari bimbingan belajar itu sangat membantu untuk menyelesaikan soal-soal SNMPTN. Sehingga dengan mudahnya memperoleh passing grade tinggi dan bisa memasuki jurusan favorit.

Tahun ini ada pergantian sistem masuk ke perguruan tinggi. SNMPTN undangan diklaim mempunyai tingkat keberhasilan yang baik diteruskan,  dan “nama” SNMPTN tulis dihapuskan. Namun, pengganti SNMPTN tulis hampir sama, yaitu Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan ujian mandiri . Bedanya hanya pada skala penyelenggaraan.

SNMPTN adalah langkah awal untuk memasuki perguruan tinggi. Dengan nilai rapor dan prestasi lain, siswa dinilai kelayakannya untuk masuk ke perguruan tinggi yang dituju. Jika tidak lolos lewat SNMPTN, masih ada seleksi masuk yang berupa ujian tulis, yaitu SBMPTN dan ujian mandiri.

Di luar jalur masuk PTN, hal yang biasanya menjadi sebuah pemikiran panjang bagi para siswa adalah memilih jurusan kuliah yang cocok. Banyak hal yang mendasari jurusan yang hendak dipilih. Pertama adalah passion kita. Seberapa besar usaha untuk mencapai jurusan yang kita inginkan bisa menjadi sebuah nilai tambah bagi kita, keyakinan akan keberhasilan.

Kedua adalah kapasitas otak. Tentunya kita sendiri tahu bagaimana kemampuan kita jika memilih sebuah jurusan. Jangan sampai kita menjadi over confident, untuk memilih jurusan yang jauh di atas kemampuan kita.

Ketiga, mintalah saran dari guru kelas, atau wali yang paling mengerti kita. Jangan malu bertanya. Bahkan lebih baik jika kita “curhat” kepada guru itu. Pasti kita akan mendapat saran yang bisa mencerahkan kita.

Jangan lupa minta saran dari orangtua. Bagaimanapun, orangtua adalah orang yang sudah mengenal kita semenjak kecil. Dan pasti orangtua menginginkan semua hal yang terbaik untuk kita.

Jangan gampang terpengaruh! Biasanya, masa SMA adalah masa seseorang mudah mengikuti orang lain; pacar, teman akrab, ataupun saudara. Tetapkan hati kita pada pilihan terbaik kita. Yakin, realistis, dan dibarengi dengan doa yang tiada putus, akan membuat kita semakin mantap dengan pilihan yang kita tetapkan.

Sebuah pelajaran, apa pun jurusannya, apa pun universitasnya, bukanlah sebuah hal yang pasti akan menentukan kesuksesan kita. Tergantung pilihan kita, apakah kita mau “menjadi raja di negara besar”, atau kita memilih “menjadi prajurit di negara besar”, atau memilih “menjadi raja di negara kecil”? Kitalah yang nantinya akan menentukan, seperti apa kita berada di sana.

Jurusan hanyalah nama, universitas hanyalah status, dan bagaimana kita mewarnai nama kita sendiri di jurusan, universitas, yang kita masuki adalah hal yang paling penting. Apakah prestasi akademik yang mengilap, prestasi olahraga, atau prestasi organisasi. It’s about contribution. Jadi, apa pun jurusannya, apa pun universitasnya, buatlah diri kita sendiri istimewa.

Kurnia Candra Utama

(//rfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar