Metrotvnews.com, Jakarta: Terkait pengumuman
jalur undangan SNMPTN 2013 yang menceminkan masih dominannya mahasiswa
yang diterima di kawasan non-kawasan timur dinilai sebagai sesuatu yang
tidak mengejutkan.
"Saya tidak terkejut dengan hasil SNMPTN yang tidak menunjukkan perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia Timur," kata praktisi pendidikan Weilin Han ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurut Weilin Han, selama ini terkesan pemerintah pusat lebih menyibukkan diri dengan kebijakan-kebijakan politis tambal sulam dan kepentingan sesaat belaka. Sehingga tidak heran bila di analisa secara benar mengenai penyebab buruknya kualitas tidak pernah dilakukan dengan serius, apalagi pemecahan masalahnya yang bersifat jangka panjang dan tepat sasaran.
Hemat dia, pemecahan masalah jangan hanya menjadi tanggung jawab dari Kemendikbud padahal ada banyak departemen yang terkait. Misalnya, Kemenpora ,yang di daerah-daerah jelas menjadi satu atap dengan dinas pendidikan, dispora, yang anehnya banyak membuat kegiatan sendiri-sendiri dengan visi masing-masing.
Lalu, Kemendagri dalam bekerja sama mengurusi status guru-guru pengampu mata pelajaran yang berkualitas agar bisa dan bersedia bertugas di kawasan Indonesia Timur.
Selanjutnya Kemenkes, yang bertanggung jawab dalam kesehatan dan gizi masyarakat berhubungan dengan perkembangan otak. Di Kemenkes juga sebetulnya ada Pusat Intelegensia, seharusnya sangat terkait dengan pendidikan.
"Pendidikan kita mengharapkan hasil akhir saja hasil UN dan SNMPTN, padahal untuk bisa menghasilkan kedua hal di atas dengan baik, perlu proses pembelajaran yang bermakna, berkualitas dari segi isi, metode dan penilaian, serta berkesinambungan dari jenjang SD," papar Weilin
Selain itu, kata dia, kondisi masyarakat rural, di kawasan Indonesia Timur yang belum melihat pentingnya pendidikan bagi kehidupan terkait dengan masalah pola pikir warga setempat.
"Apa yang seharusnya pemerintah lakukan? Selesaikan secara serius paparan masalah yang saya jelaskan tadi secara benar dan tulus. Dan kami praktisi pendidikan akan mengambil bagian turut mengedukasi tentang pola pikir masyarakat agar berubah," pungkas Weilin. (Syarief Oebaidillah)
"Saya tidak terkejut dengan hasil SNMPTN yang tidak menunjukkan perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia Timur," kata praktisi pendidikan Weilin Han ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurut Weilin Han, selama ini terkesan pemerintah pusat lebih menyibukkan diri dengan kebijakan-kebijakan politis tambal sulam dan kepentingan sesaat belaka. Sehingga tidak heran bila di analisa secara benar mengenai penyebab buruknya kualitas tidak pernah dilakukan dengan serius, apalagi pemecahan masalahnya yang bersifat jangka panjang dan tepat sasaran.
Hemat dia, pemecahan masalah jangan hanya menjadi tanggung jawab dari Kemendikbud padahal ada banyak departemen yang terkait. Misalnya, Kemenpora ,yang di daerah-daerah jelas menjadi satu atap dengan dinas pendidikan, dispora, yang anehnya banyak membuat kegiatan sendiri-sendiri dengan visi masing-masing.
Lalu, Kemendagri dalam bekerja sama mengurusi status guru-guru pengampu mata pelajaran yang berkualitas agar bisa dan bersedia bertugas di kawasan Indonesia Timur.
Selanjutnya Kemenkes, yang bertanggung jawab dalam kesehatan dan gizi masyarakat berhubungan dengan perkembangan otak. Di Kemenkes juga sebetulnya ada Pusat Intelegensia, seharusnya sangat terkait dengan pendidikan.
"Pendidikan kita mengharapkan hasil akhir saja hasil UN dan SNMPTN, padahal untuk bisa menghasilkan kedua hal di atas dengan baik, perlu proses pembelajaran yang bermakna, berkualitas dari segi isi, metode dan penilaian, serta berkesinambungan dari jenjang SD," papar Weilin
Selain itu, kata dia, kondisi masyarakat rural, di kawasan Indonesia Timur yang belum melihat pentingnya pendidikan bagi kehidupan terkait dengan masalah pola pikir warga setempat.
"Apa yang seharusnya pemerintah lakukan? Selesaikan secara serius paparan masalah yang saya jelaskan tadi secara benar dan tulus. Dan kami praktisi pendidikan akan mengambil bagian turut mengedukasi tentang pola pikir masyarakat agar berubah," pungkas Weilin. (Syarief Oebaidillah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar