Laman

Unas 2013, Lebih Sulit dan Tambah Variasi




Puluhan siswa melakukan tos bersama usai berdoa sebelum pelaksanaan ujian akhir nasional di SMAN 2, Setu, Kota Tangsel, Senin (15/4). Foto: Miladi Ahmad/Tangerang Ekspres
JAKARTA - Pelaksanaan ujian nasional (unas) 2012 tingkat SMA dan sederajat hari pertama, Senin (16/4) berlangsung relatif lancar. Tahun depan, pemerintah menggenjot kemampuan siswa dengan menambah soal-soal kategori sulit. Selain itu, juga memperbanyak variasi soal menjadi sepuluh jenis.
 
Proyeksi unas tahun depan itu dipaparkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat menyidak pelaksanaan unas hari pertama di sejumlah lokasi di Jakarta. "Bagaimanapun juga, kualitas siswa harus terus ditingkatkan. Tidak boleh berhenti," kata dia.

Nuh menuturkan, salah satu upaya meningkatkan kualitas siswa adalah dengan mendongkrak tingkat kesulitan soal unas. Dia mengatakan, untuk tahun ini prosentase butir soal yang masuk kategori kesulitannya tinggi hanya 10 persen. Selanjutnya 60 persen butir soal masuk kategori tingkat kesulitan sedang. Dan sisanya sejumlah 30 persen butir soal masuk tingkat kesulitan rendah.

Menteri asal Surabaya itu mengatakan, bisa jadi tahun depan prosentase soal dengan tingkat kesulitan tinggi akan dinaikkan dari 10 persen menjadi 15 persen. "Memang kenaikannya tidak signifikan. Tetapi ini penting," katanya.

Selain itu, Nuh juga mengatakan untuk lebih menekan potensi kecurangan, pihaknya akan memperbanyak variasi soal. Tahun ini, Kemendikbud menetapkan ada lima variasi soal dalam satu mata pelajaran yang diujikan. Tahun depan, Nuh merencakan akan melipatgandakan variasi soal itu menjadi 10 variasi.

Dia mengatakan, Kemendikbud sudah mensosialisasi peta proyeksi unas 2013 ini supaya masyarkat bisa antisipasi. Para siswa bisa bersiap diri sejak dini. Sedangkan para guru juga bisa ikut menyesuaikan. Mantan menkominfo itu menuturkan, para siswa harus belajar lebih giat lagi karena tingkat kesulitan soal akan digenjot. Begitu pula bagi guru harus mengajar lebih baik lagi karena variasi soalnya akan diperbanyak.

Mantan rektor ITS itu juga berujar, mempertinggi tingkat kesulitan soal dan memperbanyak variasi juga untuk mempersiapkan connecting hasil unas dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Seperti diketahui, tahun depan pemerintah menghapus SNMPTN jalur ujian tulis. SNMPTN tahun depan hanya dilakukan dengan jalur undangan. Kelulusan calon mahasiswa pada jalur ini ditentukan oleh nilai rapor dan hasil unas.

Di tengah rencana itu, Nuh mengatakan Kemendikbud belum ada upaya untuk menaikkan standar kelulusan. Sampai kemarin, Nuh menuturkan tahun depan standar kelulusan dipatok dengan rata-rata minimal 5,5. Selain itu juga nilai minimal di setiap mata pelajaran yang di-unas-kan adalah 4.

Melihat pelaksanaan unas sampai hari pertama, Nuh yakin unas tahun ini berjalan lancar. "Hawanya kok sudah beda dibanding tahun lalu," kata dia. Mantan Menkominfo itu juga menuturkan, kemungkinan besar tahun depan percetakan unas tetap dipusatkan seperti tahun ini. Upaya ini dinilai efektif menekan potensi kebocoran soal.

Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Chairil Anwar Notodiputro mengatakan, peningkatan tingkat kesulitan soal pada unas tahun depan dijalankan sesuai dengan pedoman. "Tujuannya supaya siswa mencapai standar kompetensi tertentu," kata pejabat asal pulau Madura itu.

Dia menuturkan, dengan semakin sulitnya soal unas, maka akan diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan pengetahuan siswa untuk menyelesaikan soal tersebut. Dengan demikian, kedepan kualitas pelajar Indonesia bida disejajarkan dengan negara-negara yang sudah jagoan dalam dunia pendidikan. "Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus membandingkan diri dengan negara lain. Kita tidak ingin terlalu ketinggalan," ujarnya.

Di bagian lain, Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Aman Wirakartakusumah menuturkan, dengan peningkatan kesulitan soal ini bisa melecut sistem kerja para pendidik. Selama ini, dia mengakui jika sebagian pendidik masih merasa belum percaya diri terhadap kualitas pendidikan mereka.

Sehingga, sering cemas ketika menghadapi unas. Mereka cemas siswanya tidak mampu menjawab soal. Sebagian pendidik selama ini juga cenderung merasa senang dan aman dengan capaian yang telah direngkuh. "Harusnya sebagai pendidik memiliki semangat untuk terus meningkatkan kemampuan para siswa yang mereka ajar," urai Aman. (wan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar