Laman

Kisah SNMPTN

Kisah SNMPTN ini ditulis oleh Nesyia Hanifa

Saya punya cerita untuk sobat yang baru menyelesaikan SNMPTN. Cerita ini bagi saya sangat berkesan, kalau cerita secara detilnya ada banyak rasa banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa diambil.
Cerita ini terjadi oleh sahabatnya sahabat saya. Sekarang saya akan mencoba menceritakan ulang.
Katakanlah gadis ini bernama Hani.

Hani adalah gadis yang sangat aktif di organisasi rohis, mulai masuk SMA dia memilih Rohis sebagai organisasi yang akan dia tekuni. Hani termasuk anggota yang sangat aktif, tidak jarang pelajarannya agak keteteran, tapi dia tetap ikhlas dan semangat menjalankan aktivitasnya. Tiga tahun sudah dia belajar di SMA, menjadi siswa kelas 3 tidak menghentikan aktivitasnya di Rohis, sekarang dia sudah menjadi pementor, yang dulunya hanya dimentor, amanah yang cukup berat bagi dia saat itu, disela-sela kesibukan bimbel, dia harus membagi waktunya untuk membina adik kelasnya. Hingga tiba saatnya UN, Hani semakin fokus belajar dan belajar. Semua ujian sudah dilalui, tinggal menunggu pengumuman, waktu yang panjang untuk menunggu, alias nganggur. Sejak SMA Hani sudah aktif dalam sebuah Training (ESQ), menjadi Alumni Training Support, “Training yang mengubah hidup saya”, begitu katanya.
Pengumuman hasil UN pun tinggal menunggu hari. Hani mendapat telepon dari wakil kepala sekolah, beliau ingin bertemu dengan orang tua Hani besok, tepat hari pengumuman hasil UN. Entah mengapa Hani menduga bahwa ia tidak lulus UN. Setelah menerima telepon itu Hani hanya bisa mnangis dan mengadu kepada Allah, dia sembunyikan rasa sedihnya itu di depan saudara dan kedua ortunya. Sudah puas dia curhat dengan Allah  dan Allah pun telah menenangkan hatinya.
Hari itu tiba, ternyata benar, kedua ortu Hani kembali pulang dengan perasaan sdih, khawatir putrinya tidak bisa menerima kenyataan ini. “Mereka salah, saya sudah mempersiapkan mental untuk menerima yang terburuk, dan saya tidak pernah bertanya kenapa Allah melakukan itu, saya hanya bertanya hal terbaik apa yang sedang Engkau persiapkan untuk saya”, begitulah kata Hani, saat berbagi dengan teman-temannya. Ilmu dari training ESQ, mentoring yang ia ikuti, benar-benar menerap dalam dirinya. “Saat itu saya bersedih karena telah membuat ortu saya kcewa”. Seharian ia menghabiskan waktu dirumah, tidur-tiduran sambil berpikir, apa yang dapat dia perbuat setelah ini. SMS terus berdatangan dari teman terdekat Hani memberikan support dan membesarkan hati Hani. “Saat itulah saya tau sahabat-sahabat saya sangat menyayangi saya”.
Begitu banyak kejadian yang Hani lalui setelah pengumuman kelulusan. Termasuk diwawancarai oleh MetroTV.
Singkat cerita untuk mendapatkan ijazah SMA, Hani mengikuti program paket C. Saat itu Hani sudah tidak berminat ditambah dengan proses pengurusan paket C yang sangat panjang dan melelahkan, harapannya untuk ikut SPMB hilang timbul, impiannya kuliah di IPB sirna sudah, pembelajaran Intensif ditempat bimbelnya dia tinggalkan, karena dia berpikir mana mungkin bisa daftar, syarat pendaftaran SPMB harus ada legalisir ijazah. Tapi karena ia sudah berjanji dengan orang tuanya akan kuliah, dia kumpulkan sisa-sisa semangatnya, mencari informasi kesana kemari.  Formulir SPMB sudah dia beli, bermodalkan nekat dengan teman seperjuangannya mereka daftar SPMB, anehnya mereka bisa mendaftar (pertolongan Allah pertama).
Selama 1 bulan Hani tidak belajar, nafsu belajarnya pun hilang, belajar terakhir kalinya saat akan ujian paket C. Hingga H-2 SPMB keluarga Hani mengalami musibah, keponakan yang baru lahir meninggal, H-1 Hani sibuk membantu pemakaman,dll. “Jadi saya benar-benar tidak sempat belajar, disaat yang lain sedang sibuk belajar” jelas Hani saat bercerita.
SPMB pun tiba, dalam hati Hani berdoa “Ya Allah, persiapan hamba sangat kurang untuk SPMB kali ini, dengan ilmu dan latihan soal yang masih melekat dalam ingatan, hamba serahkan semuanya kepadaMu, pasrah total, tapi kalau hamba masih boleh berharap lebih, tolong luluskan hamba sebagai pengobat luka hati kedua orang tua hamba”. Hani hanya menjawab soal yang dia bisa, ya iya lah, belajar juga tidak.
Dihari pengumuman hasil SPMB Hani pun tidak bersemangat membeli koran atau melihat diinternet, dalam pikirannya, “sebuah keajaiban jika saya lulus”.  Sahabat-sahabatnya membantu mencari nama Hani di koran. Allahuakbar, nama Hani tercantum disana. Sebuah berita yang mengobati luka hati (pertolongan kedua). “Saat itulah Allah mengembalikan senyum kedua orang tua saya, seperti suntikan smangat yang sangat besar”.
Tapi perjuangan belum berakhir, karena ijazah paket C belum keluar, Hani harus menunda pembelajaran kuliahnya 1bulan lebih. Beruntungnya pihak kampus memberi kelonggaran. Konsekuensinya Hani harus mengejar ketertinggalannya selama sebulan, tugas kuliah, praktikum, materi pembelajaran. “Saat itu benar-benar butuh adaptasi yang luar biasa, dan saat itu pertolongan Allah tidak berhenti, begitu banyak teman yang baru saya kenal membantu saya, Allahuakbar, saya tidak tau amalan apa yang membuat pertolongan Allah mengalir deras, saya menyebutnya faktor X”.
Saat ini Hani telah menyelesaikan kuliahnya dengan baik, dan sudah menebus impian kedua orang tuanya.
Subhanallah, saya pribadi banyak mengambil hikmah, saya sering menceritakan faktor X ini ke adik-adik kelas saya. Ayo kumpulkan sebanyak-banyaknya faktor X, kalau bisa bantu dengan pengali (sepasang bidadari™ , Ippho Santosa). Satu hal yang pasti, faktor X itu adalah akumulasi  ibadah yang kita lakukan, dan Allah akan membayarnya disaat yang tepat, sehingga terasa indah. Faktor X seperti miracle, dan dia bisa didapat mungkin dengan sedekah, berbakti kepada orang tua, membantu orang lain, Dhuha, tilawah, tahajud, dll.
Begitulah sepenggal cerita tentang SNPTN. Semoga cerita ini dapat memberi inspirasi, pencerahan, dan harapan bagi teman-teman yang sedang berjuang.
SNPTN adalah cara Allah membuat kita masuk PTN yang kita inginkan, tapi keputusan tetap ditangan Allah, karena itu memintalah kepada Allah. Bekerjasamalah dengan Allah, kalau sudah ditakdirkan lulus, bagaimanapun jalannya akan lulus, pertanyaannya, apakah lulusnya menjadi berkah atau sebaliknya? so..jadikan prosesnya penuh keberkahan.
Pertanyaan sederhananya: Lebih baik tidak lulus SNMPTN tapi lulus UN atau lulus SNMPTN tapi tidak lulus UN?
Ya lebih baik lulus dua-duanya lah..
Ohh iya, sebelum saya mengakhiri cerita ini, Hani diatas diambil dari sebuah nama nesyia HANIfa. Haha..sahabatnya sahabat saya adalah saya, iya Hani itu adalah saya sendiri (‘▿^)♉ .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar