Laman

Cerita Pengamen Depok yang Lulus Masuk Universitas Indonesia

DEPOK, KOMPAS.com — Dodo baru saja turun dari angkot T-19 jurusan Terminal Depok-Terminal Kampung Rambutan. Tiba-tiba saja seorang petugas satpol PP berbadan besar menghadangnya. Petugas lalu membacakan peraturan daerah tentang pengamen.


Ia langsung sadar, hari itu adalah hari naasnya. Pemuda 21 tahun itu sempat berpikir untuk lari, tetapi gitar pinjaman merek Yamaha yang ia tenteng membuatnya berpikir dua kali untuk kabur. 

Ia takut saat melarikan diri, gitar pinjaman yang harganya tidak murah itu akan rusak. Akhirnya, ia memilih pasrah.

Rabu (8/7/2015) pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, di Jalan TB Simatupang, tepatnya di pertigaan Caglak, Pasarebo, Jakarta Timur, ia dipaksa naik mobil bak terbuka milik satpol PP. 

Ia dan sejumlah pengamen lainnya dibawa langsung ke panti sosial di kawasan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk kali pertama setelah bertahun-tahun mengamen, Dodo diamankan petugas satpol PP.

Setibanya di panti, semua orang yang terjaring razia, termasuk Dodo, didata oleh petugas. Ia ditanya seputar profesinya sebagai seorang pengamen jalanan, mulai dari wilayah operasi, hingga peruntukan uang hasil mengamen. 

Laki-laki bernama lengkap Dzulfikar Akbar Cordova itu menerangkan kepada petugas bahwa ia baru lulus dari SMA Master, Depok, Jawa Barat, dan tengah menunggu hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).

"Saya ikut SNMPTN, saya mengamen untuk jaga-jaga bayar kuliah, kalau saya masuk UI," katanya.

Dodo tidak bohong. Pada Kamis (9/7/2015) sore sekitar pukul 17.00 WIB, hasil ujian SNMPTN diumumkan, dan ia merupakan salah satu peserta seleksi. 

Ia memilih Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI), sebagai pilihan pertama, dan Program Studi Arkeologi, Fakulitas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, pada pilihan kedua.

Tetap ditahan

Namun, informasi yang ia sampaikan kepada petugas tidak dapat menolongnya. Dodo tetap ditahan. Ia ditahan di barak bersama sekitar empat puluh pengamen lainnya. 

Barak tersebut dilengkapi dengan jeruji besi di jendela dan di pintu. Lokasinya berada satu kompleks dengan barak tempat penyandang masalah kejiwaan. 

Ruang geraknya dibatasi bak seorang tahanan. Gitar pinjaman yang ia bawa dirampas petugas.

Beruntung, Dodo masih diizinkan membawa handphone. Ia kemudian memberitahukan kepada teman-temannya bahwa ia ditahan satpol PP. Namun, hari itu, orang-orang yang ia harapkan bisa menolongnya tidak kunjung datang.

Pada Kamis pagi, ia sempat memberi tahu kepada salah seorang petugas perempuan bahwa sorenya akan ada pengumuman SNMPTN. Ia menanyakan kepada sang petugas, apakah ia bisa diberi kesempatan untuk menggunakan komputer yang memiliki akses internet. 

Dodo ingin tahu apakah ia lolos ujian. Petugas itu mengatakan, Dodo boleh menggunakan salah satu komputer di kantor panti. "Iya pakai saja, di kantor ada kok komputer," ujar perempuan tersebut.

Namun menjelang pukul 17.00 WIB, perempuan itu sudah telanjur pulang sebelum memenuhi janjinya. Dodo juga tidak bisa memanfaatkan akses internet dari handphone-nya untuk melihat hasil SNMPTN karena masalah baterai. Ia akhirnya pasrah.

Lulus masuk UI

Selepas maghrib, sekitar pukul 18.00 WIB, dari grup WhatsApp yang berisi siswa-siswa SMA Master, ia menerima informasi yang menggembirakan. 

Salah seorang anggota grup menginformasikan bahwa ada tiga siswa SMA Master yang lolos masuk perguruan tinggi negeri (PTN), salah satunya adalah Dodo. Ia tercatat lolos masuk Program Studi Ilmu Ekonomi Islam.

Tak lama setelah informasi tersebut beredar, ia mendapat panggilan telepon dari temannya sesama lulusan SMA Master yang lolos masuk UI. 

Temannya itu memberitahukan informasi yang sama bahwa Dodo lulus ujian. Dodo diajak bertemu, dan bersama-sama mengurus persyaratan sebagai calon mahasiswa UI. Temannya itu belum tahu situasi Dodo, dan terkejut mendengar jawabannya. "Gue masih ditangkap satpol PP nih," ujarnya.

Malam itu juga, Dodo sempat memberitahukan kepala barak soal kesuksesannya itu. Ia bertemu sang kepala barak saat hendak menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat tarawih, dengan niat agar sang kepala barak bisa mempermudah kepulangannya. 

"Pak, saya lolos SNMPTN, masuk UI," kata Dodo kepada sang petugas.

Sang kepala barak dengan nada tak acuh hanya menjawab, "Sudah, kamu shalat tarawih saja dulu." Dodo lalu melanjutkan langkahnya ke masjid untuk menunaikan shalat.

Pada Jumat (10/7/2015) siang, Dodo akhirnya dibebaskan setelah dua malam ditahan di panti. Sejumlah guru dari SMA Master, Depok, akhirnya menyambangi Dodo ke panti, dan mengurus segala sesuatu terkait pembebasannya. 

Hari itu juga, Dodo mulai mengurus persyaratan untuk masuk kampus. (Nurmulia Rekso Purnomo)


Sumber :


http://megapolitan.kompas.com/read/2015/07/26/15491251/Cerita.Pengamen.Depok.yang.Lulus.Masuk.Universitas.Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar