Laman

Pendidikan Bermutu Tak Harus di Kampus & Jurusan Favorit

MASA depan adalah salah satu hal dalam hidup manusia yang tidak dapat dipastikan namun bisa direncanakan. Dalam usaha mewujudkan masa depan yang lebih baik inilah kesungguhan dalam merencanakan masa depan diperlukan. Pendidikan adalah salah satu opsi yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Untuk itu, masalah pendidikan tidak bisa disepelekan.  

Begitu pentingnya pendidikan dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik membuat pemilihan universitas dan jurusan menjadi penting bagi siswa sekolah menengah yang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Berbagai pertimbangan diperhitungkan mulai dari kualitas universitas dan jurusan, biaya, jarak, prospek kerja hingga minat. Biasanya siswa akan berbondong-bondong memperebutkan berbagai perguruan tinggi dan jurusan favorit. Apalagi ada suatu stereotip dalam masyarakat, semakin favorit perguruan tinggi dan jurusan yang diperoleh maka gengsinya pun akan semakin tinggi. Prinsip seperti itu sebenarnya sah-sah saja mengingat perjuangan yang harus dilakukan untuk mendapatkan perguruan tinggi bergengsi itu cukup sulit. Namun alangkah baiknya jika kualitas lebih dikedepankan, karena bagaimanapun juga setiap perguruan tinggi dan jurusan memiliki kuota. Jika terus memaksakan kehendak agar masuk ke perguruan tinggi atau jurusan tersebut maka ditakutkan akan timbul kekecewaan jika ternyata hasilnya tidak sesuai yang dinginkan. Terkadang jurusan yang sama dengan kualitas yang sama pula ada di lebih dari satu universitas. Maka sebenarnya pilihan pun terbuka lebar asal yang menjadi pertimbangan tidak sekedar gengsi, melainkan kualitas.
 
Ada berbagai indikator yang bisa dijadikan bagi calon pelamar untuk menilai kualitas suatu perguruan tinggi atau jurusan. Indikator yang pertama adalah akreditasi. Akreditasi perguruan tinggi dan jurusan ini ada yang bersifat nasional dan internasional. Status akreditasi suatu perguruan tinggi merupakan cermin kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan dan menggambarkan mutu, efisiensi, serta relevansi suatu program studi yang diselenggarakan. Di Indonesia akreditasi ini dilaksanakan oleh lembaga Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi  (BAN-PT). Akreditasi juga ada yang bersifat internasional, jurusan atau perguruan tinggi yang sudah berakreditasi secara internasional menunjukkan bahwa perguruan tinggi atau jurusan tersebut telah diakui secara internasional. Indikator selanjutnya adalah peringkat universitas, salah satu versi yang dapat dijadikan rujukan dalam melihat peringkat perguruan tinggi adalah peringkat perguruan tinggi versi QS World University Ranking dan versi Webometrik.
 
Lalu bagaimana jika ternyata perguruan tinggi dan jurusan yang didapat tidak sesuai dengan  passion?Ada beberapa pilihan yang bisa diambil. Pertama adalah memilih keluar dan terus berusaha mendapatkan perguruan tinggi dan jurusan sesuai keinginan. Konsekuensi yang harus diambil adalah waktu akan terbuang sia-sia demi menunggu perguruan tinggi atau jurusan idamannya. Atau menerima dengan ikhlas perguruan tinggi dan jurusan tersebut kemudian berusaha menjadi yang terbaik di perguruan tinggi atau jurusan tersebut. Namun hal menarik yang perlu dicermati adalah justru banyak lulusan perguruan tinggi yang setelah lulus dari bangku perkuliahan memiliki profesi yang tidak sesuai dengan background pendidikannya selama kuliah. Hal ini dapat terjadi karena passion merupakan sesuatu yang tidak ajeg. Mungkin saja saat ini passion seseorang dalam bidang keteknikan namun tidak menutup kemungkinan empat tahun kemudian dia justru memiliki ketertarikan pada dunia perbankan.
 
Jika kita kembali kepada tujuan awal pendidikan untuk mengangkat kualitas hidup, maka sebenarnya intinya adalah bagaimana pendidikan mampu mentransfer ilmu pengetahuan sebagai bekal manusia untuk berinovasi. Inovasi yang bisa berbentuk inovasi pemikiran ataupun inovasi perbuatan yang memperbesar peluang seseorang untuk mencapai kesuksesan dan kualitas hidup yang diidamkan di masa depan.
 
Rifan Bachtiar
Institut Pertanian Bogor (IPB)
(//rfa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar